29.6.06

Please Don't F**k Up


An actual drawing, handed to a flight attendant on a Qantas flight by an 8 year old girl.


Umm, where the hell did she get the fuck up thing? Is she a mafia's daughter or what?


Well, your mouth can be mafia as well so just be careful

 

Fisherman's Friend Jadi Saksi

Changi Airport terpilih sebagai bandara terbaik di dunia, menyusul Hongkong sebagai runner up. KLIA di Malaysia juga berada di urutan 10 besar.

How about Indonesia??? IN YOUR DREAMS!!!

Setidaknya untuk saat ini.

Terakhir saya kesulitan hendak membuang sampah bungkus Fisherman's Friend. Lokasi saat itu di check-in counter Terminal 2 Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Bagai agen spionase [kalau tidak mau dibilang teroris] mata saya memindai sepelosok ruang, delapan arah mata angin saya telusuri, namun tak satupun sosok tempat sampah terlihat. Sayang saya belum punya GPS untuk melacak koordinat makhluk tak hidup itu [pun kalau punya, apakah tempat sampah itu akan ada?]


Dalam sepersekian nano detik muncul dua solusi:

[1] the good way:
memasukkan bungkus Fisherman's Friend itu ke dalam saku dan membuangnya nanti kalau ada tempat sampah

[2] the typically Indonesian way:
meremas-remas bungkus Fisherman's Friend itu hingga menjadi bulatan kecil, lalu singkirkan saat itu juga, toh tidak akan ada yang memperhatikan, toh CCTV di sana juga hanya sebagai dekorasi tak berfungsi sama sekali


Kyaaaaa inilah dilema saya. Saya paling keukeuh tidak mau ada sampah apapun di saku, tas, atau apapun yang saya kenakan, walaupun sampah itu hanya sekedar bungkus Fisherman's Friend. Selain itu saya juga tidak mau dicap tipikal Indonesia. Saya membuang sampah pada tempatnya, tapi masalah hidup di Indonesia adalah tidak selalu tersedia tempat sampah, bahkan di bandara internasional sekalipun. Jadi gimana?

Akhirnya saya menitipkan bungkus Fisherman's Friend itu pada petugas counter Cathay Pacific ["Terima kasih, mbak2 yang baik!"]. Semoga mereka mempunyai tempat sampah sendiri di balik counter desk.


O sampah kecilku. O bandaraku. O Indonesiaku.

22.6.06

Spasang Spatu


kawan,

spasang spatu saya sudah aus
solnya sudah tipis
rstluiting-nya sudah copot kanan kiri
lima tahun lbih saya pakai
buat nginjak bumi, gnangan air, aspal panas
buat krja, kondangan, brgaya 
buat tndang krikil
buat mnutup pintu
buat lmpar kucing garong
buat tambah tinggi bbrapa cm

dulu saya smpat injak paku
mnmbus sol spatu, kaos kaki, hingga mnylip di samping ibu jari
syukurlah tak luka sdikit pun
kcuali bkas tanda kcil di sol bawah spatu
kini sudah tambah rompal sana-sini

cpat atau lambat spasang spatu saya harus prgi
tanpanya saya bagai kata khilangan huruf
makanya doakan saya dapat pngganti
yang stia sbagai kkasih hati
maaf, maksudnya kkasih kaki

;p

19.6.06

Cerita Sungai


Sungai di belakang rumah sudah jadi bagian dari kehidupan kami sejak kali pertama petak itu dipatok. Atau tepatnya rumah kamilah yang menjadi sebahagiaan kecil dari kehidupan sungai itu sendiri.

Sungai di belakang rumah adalah arena bermain kami semasa kecil. Saya bersama kakak dan adik kerap mandi-mandi di sana, menyelami air yang jernih dan segar, menyesapi aroma bebungaan liar dari gerumbulan semak di tepian, mengejar capung dan kupu di bawah langit biru hingga terengah-engah, dimana udara bersih yang kami hirup terasa sejuk hingga ke rongga hidung.

Sungai di belakang rumah memberi kami pelajaran alam yang menarik.  Saya sempat mempunyai akuarium sendiri dari toples selai, atau kaleng kue kalau terpaksa.  Para penghuni akuarium saya dapatkan dari sungai: ikan gendut, julung-julung, mujair, nila, gabus, gupi dengan ekor metaliknya yang berwarna-warni, atau sekedar siput dan udang-udang kecil.  Kalau sudah bosan saya kembalikan mereka ke sungai, dan mencari pengganti yang baru, meskipun jenisnya itu-itu juga.

Sungai di belakang rumah menjadi pembelajaran dalam mencari makan.  Usai bermain biasanya kami selalu membawa hasil panen sendiri berupa kerang-kerangan air tawar seperti kijing dan remis.  Biasanya ibu akan membuatkan sup kerang dengan bumbu serai dan kunyit yang menambah aroma.  Daging kerangnya begitu lezat dan manis, dengan kuah kaldu panas nan sedap.  Apalagi dinikmati ketika malam menjelang, ketika jangkrik dan tonggeret mulai bernyanyi dari rumpun bambu, ditingkahi bunyi kodok dan gemercik aliran sungai.  Kunang-kunang terbang berkelap-kelip bagai peri-peri mungil yang melenggang-lenggok centil. 

Sungai di belakang rumah juga menyimpan kehidupan alam lain.  Suatu ketika nenek menginap di rumah kami, dan tengah malam beliau terbangun oleh bunyi senandung dari arah sungai.  Nenek pun beranjak mengintip dari balik jendela, dan di sana, di aliran sungai nan pucat tersiram cahaya purnama, tampak sesosok wanita tua berjalan di atas air menyusuri hulu sambil terkekeh-kekeh.  Apa yang semula dikira senandung adalah tawanya yang berderai-derai ditingkahi bunyi kecipak air.

Sungai di belakang rumah bagai saksi kehidupan kami dari kecil hingga dewasa.  Ia menjadi saksi ketika kami bertelanjang bulat mencumbu riak-riaknya.  Ia menjadi saksi ketika kami bertumbuh besar dan semakin jarang mengajaknya bermain.  Ia menjadi saksi betapa kami kini bahkan tak mengingatnya lagi, atau sekedar menyadari keberadaannya.

Sungai di belakang rumah masih ada, tapi bukan sungai yang dulu lagi.  Ia sudah berubah sejak para pendatang itu bermunculan, dengan pemukiman dan lahan industri baru, dengan banyak sampah dan limbah yang dibuang ke alirannya.

Sungai di belakang rumah masih mengalir, tapi sudah tidak hidup lagi.

Sungai di belakang rumah cuma sekedar kenangan indah.  Kini.

14.6.06

Teman Mandi


kawan,

kenalkan abal-abal si laba-laba
besarnya serentang telapak balita
darimana asalnya tak terduga

kali pertama saya dibuat terpana
bagaimana kalau ia loncat ke muka?
atau merayapi kulit telanjang saya

maka saya usir dia membabibuta
abal-abal loncat sini loncat sana
sebelum sembunyi entah dimana

kali kedua saya tlah waspada
tapi abal-abal malah mengiba
sekan meminta suaka

ok, tapi ada syaratnya
jangan ganggu kegiatan mandi saya.
dan abal-abal bagai bersorak gembira

kali berikutnya saya jadi terbiasa
tiap mandi kini tak perlu curiga
abal-abal hanya muncul kalau diminta

;p


nb:
adik saya bilang hitung saja kakinya, kalau ganjil berarti abal-abal itu jelmaan jin.
penasaran saya panggil abal-abal keluar dan memotretnya sebelum ia sembunyi lagi.
saya hitung kakinya, ada enam. ternyata abal-abal itu hanya seekor laba-laba cacat.
poor lil' fella :(

8.6.06

Gori OR Chimp?


Berdasarkan telaah Genome [written by Matt Ridley] yang saya baca, bahwasanya manusia dan simpanse mempunyai kekerabatan genetik yang sama sebesar 98%, menang tipis antara perbandingan manusia dan gorila yang hanya berbagi 97% saja.


Believe it or not, persamaan ini mencakup 32 buah gigi, kulit kering, tulang belakang, tiga tulang kecil di bagian tengah telinga, bahan kimiawi dalam otak, ketiadaan lobus, hingga sistem saraf/kekebalan/pencernaan/peredaran darah/kelenjar getah bening yang serupa. Sungguh besar karunia Tuhan betapa perbedaan yang hanya 2% saja sudah menjadikan kita manusia sebagai sosok yang 'katanya' jauh lebih unggul dibanding simpanse apalagi gorila.


Kenapa 'katanya'? Tunggu dulu, sebab kalau bicara mengenai kelakuan, ternyata manusia yang 'katanya' lebih unggul ini sama sekali tak berbeda dengan simpanse atau gorila.


Kok begitu?


Gorila menganut paham monogami, setia dengan hanya satu pasangan saja. Tubuhnya lebih besar dan lamban, lebih karena gaya hidupnya yang nyaman dan adem ayem.


Simpanse berpoligami, entah resmi dengan atau tanpa restu, entah selingkuh diam-diam atau caplok sana-sini. Makanya simpanse jantan punya testis lebih besar sebagai tempat cadangan sperma untuk dibagi-bagi.


Nah, benar2 gak ada beda sama kelakuan manusia kan? Jadi termasuk tipe manakah anda? Ayo jawab yang jujur: gorila atau simpanse?


Roti Artis

kawan,

tempo hari saya antar klien singgah sejenak di jesslyn cake & pastry, dan kebetulan di sana sedang ada promo 'roti artis' seperti yang akhir2 ini diberitakan media

umm...xcuse me, 'roti artis'?

itu loh aneka roti produk jesslyn yang diberi nama oleh para artis, misalnya aja 'sarah swaffle' trus ada foto sarah azhari di display raknya   

ooo strategi penjualan mungkin? laris manis tak?

i don't think so. frankly speaking it's such a waste

kenapa?

jesslyn cuma buka outlet di tempat nongkrong kaum atas spt dharmawangsa square or pim 2

emang kenapa?

like they care? berani taruhan para konsumen ini pasti gak tau sama sebagian seleb yang ikutan program roti artis ini [ya artis2 sinetron gak penting gitu deh..]

faktanya gimana?

[1] adem ayem aja tuh
[2] apa yang konsumen jesslyn beli, lebih karena variasi rasa, bukan karena ada emblem2 artis
[3] klien saya malah nanya2 begini 'ini siapa? itu? emang dia artis? huh, ada roti isi pisang ferry salim?' akhirnya dia berpaling beli roti jenis lain yang korelasi nama dan bentuknya lebih nyambung dan gak bikin bingung

bagusnya gimana?

buka outlet di mall/itc di pinggiran jakarta misalnya, dimana segmentasi pasar lebih tepat, pengunjung yang sebagian kaum urban di sana pasti lebih peduli-lebih ngefans-lebih agresif sama artis2 infotainment, pasti pada bela2in antri deh [syarat: harga dikurangi dikit ya biar sesuai dengan kemampuan kantong mereka juga]

tapi menurunkan status jesslyn dunk kalo buka di sana?

makanya saya bilang ini strategi yang keliru karena konsumen jesslyn kan kelas menengah ke atas

strateginya mungkin bagus, tetapi mungkinkah pemilihan artisnya yang keliru?

like i care? btw kabarnya para artis ini ikut dapat royalti penjualan roti juga loh

wah enaknya jadi artis!

kenapa juga royalti gak disalurkan buat greenpeace, peta, wwf, or korban gempa misalnya?

ya berprasangka baik sajalah, siapa tau para artis ini juga turut menyumbangkan royalti mereka

wah mulianya jadi artis!

saya,

si mulut besar