30.8.06

Tomb Raider [a.k.a. Ziarah Kubur]


Peristiwa itu bertanggal 1 Juni 1964
Lautan surut, angin berhembus pilu memutar kolecer [kincir angin] di tebing-tebing bagaikan bunyi tangisan, pepohonan meranggas, tetanaman layu, bebungaan gugur, hutan raya sunyi tanpa bebunyian satwa.

Hari itu bertepatan dengan wafatnya kakek buyut saya.

Peristiwa ini bertanggal 28 Agustus 2006
Makam beliau terletak di sebuah bukit karang di Pelabuhan Ratu, Sukabumi.  Perjalanan kesana adalah suatu penaklukan alam: tanjakan curam, bebatuan cadas, sesemakan liar, pepohonan tumbang, binatang hutan, you name it...
Semenjak ingatan saya yang paling dini hingga kali terakhir, makam beliau secara fisik tidak pernah bisa ditemukan.

Setiap kali ke sana selalu saja kami kehilangan patokan: batu nisan yang raib, pohon kemboja yang berpindah, hingga jalan setapak yang selalu berubah.  Percaya tak percaya, namun demikianlah adanya.  Padahal letaknya masih dalam satu lahan pemakaman, meskipun terpencil di tengah hutan. Penduduk asli yang kami tanyai pun selalu memberi petunjuk arah yang berbeda-beda.

Terakhir kemarin pun kondisinya lebih sulit karena daun-daun jati yang berguguran menutupi hampir seluruh permukaan tanah.  Tampaknya kami harus menerima kenyataan bahwa makam kakek buyut saya kini sudah menyatu dengan bukit karang itu sendiri.

Apa yang berasal dari tanah akan kembali ke tanah.  Tak peduli betapa sakti, betapa berkuasa, betapa berjaya seseorang pada akhirnya akan kembali ke pangkuan bumi.  Hikmah ziarah kubur adalah mengingat mati.  Dan setiap usai ziarah, saya jadi merasa lebih menghargai hidup.

Perjalanan menuruni bukit begitu indah bagai lukisan.  Terbentang di hadapan kami pemandangan laut selatan yang demikian biru memesona.  Dan saya merasa lebih tercerahkan.

Insya Allah lain waktu kami akan kembali.  Untuk mengingat mati.

3.8.06

Mobil 'Rese'

Sore itu di jalur 3 in 1. Sebuah Toyota Cressida B 1350 BX tampak berjalan lamban di jalur cepat. Mobil ini juga kerap mengambil jalur di tengah ruas jalan sehingga mobil2 di belakangnya jadi terhalang.

Kami yang berada di belakang mobil itu jadi dibuat jengkel.

"Rese amat sih mobil di depan!"

"Lihat, mana penumpangnya cuma dua orang! Kena tilang baru nyaho luh!"

"Nyaho dot com?" [ini komentar gak penting]

Setelah beberapa kali klakson, akhirnya mobil itu menepi ke jalur yang benar. Mobil kami pun menyusul.
Dengan sewot kami memandang ke dalam mobil 'rese' tersebut.

Tampak dua orang penumpangnya sedang asyik mengobrol dengan seru, lengkap dengan seragam kebesaran mereka.

Kami cuma bisa tersenyum kecut.

"O, polisi toh..."

1.8.06

BunKar MarMon


ini salah satu hasil beres2 gudang kemarin
potongan gambar Bung Karno & Marilyn Monroe
diambil dari tabloid Monitor alm

kabarnya Jeng Monroe sengaja bolos syuting
demi untuk bertemu Bung Karno

kalo gak salah kedua magnet itu bertemu
buat gala dinner di The Beverly Hills Hotel

hmm penasaran kira2 mereka ngobrolin apa ya?

Gara" Sinetron

Kemarin saya lihat di TV mengenai penggusuran perumahan liar di bawah jembatan layang Cengkareng.
Ada seorang ibu berteriak2 histeris, "Ancurin aja rumah2 di sini! Bakar aja sekalian! Biar Rahasia Illahi yang akan membalasnya! Biar bapak2 kamtib semua kena Rahasia Illahi biar pada nyesel!"

...

Sehari sebelumnya saya temu kangen dengan kawan2 kampus. Salah seorang kawan tampak tidak menikmati reuni kami karena diganggu terus2an oleh sms istrinya.
"Sialan! Istri gw bawaannya curiga melulu, setiap suami keluar rumah pasti di-cek tiap 10 menit! Pasti kebanyakan nonton Hidayah!" gerutunya.

...

Beberapa hari sebelumnya, seorang kawan yang beda keyakinan dengan saya bertanya dengan nada prihatin, "Heran, apakah Allah penuh azab begitu?" Rupanya ia kerap melihat cuplikan2 sinetron religius yang tengah booming di TV.

...

Jadi mau menyalahkan sinetron? Di luar kualitasnya yang 'kurang mumpuni' sebagai karya seni, mungkin cerita dari sinetron itu sendiri memang mengandung makna/hikmah. Tapi sayang semua digarap seadanya, secara faktor kejar tayang, sehingga kuantitas mengalahkan kualitas.
Padahal mayoritas penonton Indonesia masih menyerap mentah2 apapun yang ditayangkan di TV. WYSIWYG. Tanpa filter. Tanpa pikiran (atau mungkin males mikir).
Jadi kalau ada penggusuran rumah liar maka bapak2 kamtib niscaya akan mendapat azab pedih karena telah menganiaya kaum lemah. Jadi kalau ada cerita suami menyeleweng maka semua pria pasti melakukan hal yang sama.
Jadi kalau setiap azab diekspos 'dengan ciamik' di layar kaca, maka jangan salahkan kalau timbul persepsi keliru tentang suatu agama dan Sang Esa sendiri. 
 
Dan saya yang pada dasarnya memang antipati dengan sinetron cuma bisa bilang,
"Tuh kan, gara2 sinetron..."