21.2.07

Kesalahan Saya Adalah Memercayai Seorang Teman Baik

Teman, kau dimana? Panggilan tak terangkat, pesan tak berbalas. Marahkah kau pada saya? Atau malu?

...

Awalnya kau pintaku datang, memelas karena dikejar waktu, dan meminta dibuatkan dua buah desain begini begitu. Pada mulanya saya enggan karena waktu yang terbatas. Namun setelah beberapa penyesuaian (dan melihat betapa tak berdayanya dirimu di bawah kejaran deadline), akhirnya kita pun sepakat berkongsi.

Saya sudah dua kali menanyakan tentang perjanjian kerja, dan sudah dua kali pula kau yakinkan saya bahwa hal itu bisa diatur belakangan. Deadline sudah didepan mata. Apalagi kau pastikan bahwa
dirimulah yang memegang proyek ini. Dan saya percaya.

Itulah kesalahan saya.

Jangan pernah percaya siapapun, termasuk teman baik, untuk urusan bisnis tanpa hitam di atas putih. Hukumnya mutlak.

Demikianlah, cuma dalam tiga hari saya menuntaskan pekerjaan darimu terlebih dahulu. Lengkap dengan 4 buah bonus desain hasil pengembangan dari materi dasar yang kau inginkan.
Plus logo perusahaan yang saya perbaiki dalam format freehand, jpeg dan png sekaligus, karena sebelumnya kau cuma punya format jpeg in poor quality. Semuanya saya lakukan tanpa pamrih, karena kau teman baik saya.

Serah terima pun dilakukan, yang mestinya dilanjutkan pembayaran tunai. Ternyata kemudian katamu dana belum cair, jadi honor saya belum bisa dibayarkan. Ya sudah, saya percaya saja. Pesan saya, kasih kabar saja kalau uangnya sudah ditransfer.

Seminggu lebih berlalu ketika kau kabari bahwa dari dua materi desain yang dipesan, cuma satu buah yang akan dipakai, jadi honor saya cuma dibayarkan setengah. What???
Mestinya kan kalau sudah pesan dua loyang chocolate devil, ya pemesan tetap harus bayar seharga dua loyang dong (itu sih sudah resiko pemesan kalau yang satu loyang mau termakan atau tidak). Kan logikanya begitu.
Kecewa memang, tapi berhubung tak ada bukti tertulis, maka saya tidak mau memperpanjang masalah. Walau bagaimanapun kau teman baik saya. Lagipula kau bilang pembayaran akan dilakukan secepatnya.

Seminggu lebih kembali berlalu ketika iseng saya cek rekening, ternyata ada uang masuk sejumlah seperempat honor yang kau janjikan. Merasa tidak yakin, saya coba konfirmasi pada dirimu. Tanpa beban kau bilang, kantormu akhirnya memutuskan cuma memakai satu dari 4 buah bonus desain yang saya buat. Jadi saya cuma dibayarkan seperempat.

Padahal saya sama sekali tidak mengenakan charge tambahan untuk bonus desain, yang saya minta awalnya cuma pembayaran untuk dua buah desain utama sesuai pesanan. Jadi dengan kata lain, jika saya memberi bonus 10 buah desain, dan cuma dipakai satu, maka saya cuma dihargai sepersepuluh dari kesepakatan harga, begitu?

That's it!
Perhitungan macam mana ini? Benar-benar pelecehan profesi.
Saya tahu intonasi suara saya meninggi sewaktu berkonfrontasi mengenai hal ini.


Entahlah, mungkin kau tersinggung, ikut marah, ikut kesal, ikut bersalah, saya tidak tahu. Tapi yang jelas sejak saat itu kau tidak bisa lagi dihubungi.

Sebenarnya saya bisa datang ke kantormu, dan meminta kejelasan masalah ini. Tapi kedudukan saya lemah karena tiada bukti hitam di atas putih. Lagipula saya tahu pasti kau akan menanggapi kedatangan saya dengan kepala tidak dingin sehingga intonasi suaramu akan meninggi dan mukamu yang putih itu akan memerah dan rekan2 sejawatmu akan memerhatikan dan petugas sekuriti akan berdatangan, jadi saya putuskan untuk tidak bertandang ke sana. Tidak lagi.

...

Padahal teman, masalah honor itu kini sudah saya ikhlaskan. Saya sudah mendapat pelajaran dari kesalahan. Biarlah Yayasan Sosial tempat kau bekerja itu mendapat berkah biar bisa terus berderma.

Saya cuma mau kau tahu, saya sedih karena niat baik untuk membantu dirimu malah berujung pada retaknya pertemanan kita.



18.2.07

Happy Spring Day



parental advisory
I have nothing against Chinese people. These stories below are based on true events, and it's not meant to be racist whatsoever. Enjoy ajalah!



chapter 1

Ungut namanya
teman jalan bareng sepulang sekolah
waktu itu kami baru kelas satu
dan Ungut cuma punya buku tulis satu

dulu buku tulis itu milik kakaknya
terus isinya dihapus supaya bisa dipakai Ungut
kelak ia pun harus menghapus tulisannya
supaya buku tulis itu bisa dipakai sang adik

tapi karena terlalu sering ditulis dan dihapus
buku tulis itu sudah keburu koyak

.

miskinkah?

.

pelitkah?


chapter 2

Marshal namanya
ikutan ngetop sewaktu booming F4
karena wajahnya sangat mirip Dao Ming Shi

di kampus lain ceritanya
cat mobilnya sering digores-gores
oleh mereka yang gak suka sama dia

ada yang bilang karena dia 'terlalu tampan'
ada yang bilang karena dia Cina
padahal Marshal baik orangnya

padahal kalau mobilnya digores-gores begitu
bisa jadi Marshal berbalik jadi orang tidak baik
meski ia tetaplah seorang Cina yang 'terlalu tampan'


chapter 3

boss 1: "Baca deh. Ini ada SMS tidak menyenangkan dari salah satu klien kita yang gak puas."
< boss 2 langsung naik darah setelah membaca SMS tsb yang penuh dengan ancaman dan intimidasi >
boss 2: "Sinting! SMS siapa ini?"
< boss 1 kemudian menyebut nama salah satu klien pengirim SMS tsb >
boss 2: "Dasar Cina! Brengsek! Bakar aja rumahnya! Bakar!"
< boss 1 keheranan >
boss 1: "Excuse me, Ma'am. But you're 100% Chinese."
< ganti boss 2 yang keheranan >
boss 2: "So what? Jadi sesama Cina harus dibelain walaupun dia brengsek gitu? You asshole!"


12.2.07

Da Vnici Cdoe For Dmmuies

Murenut sautu pelneitian di Uinervtisas Cmabridge, atruan hruuf dlaam
ktaa tiadk penitng. Ckuup huurf petrama dan trekahhir ynag ada pdaa
tepmatyna. Siasyna bsia dtiluis bernataakn, teatp ktia daapt
mebmacayna. Ini dsieabbkan kaerna oatk ktia tdiak mebmcaa huurf per
hruuf, nmaun ktaa per ktaa.
Laur bisaa kan?

Ah, trenayta ktia pinatr, ya ?

5.2.07

Embroideries

Rating:★★★★
Category:Books
Genre: Comics & Graphic Novels
Author:Marjane Satrapi
EMBROIDERIES, sebuah novel grafis yang sudah lama saya lihat mejeng [halah mejeng!] di toko buku, namun baru-baru ini saja saya berkesempatan untuk menikmatinya.

>> Kenapa saya membeli buku ini?

1. Desain sampul yang berbeda sendiri di antara deretan buku-buku chicklit/teenlit. Saya suka karena kesan klasiknya. Sekilas frame-nya seperti menampilkan sosok tokoh perempuan dalam roman angkatan Balai Pustaka/Pujangga Baru. Atau mungkin frame-nya mengingatkan saya pada cermin yang biasa dipakai mamanya Sadako menyisir rambut.
So, in this case you are very welcome to judge a book by its cover!

2. Sewaktu masih disegel terdapat stiker 'Graphic Novel' dan 'Dewasa'. Alasan pasti kenapa saya harus punya.

3. Marjane Satrapi, adalah wanita Iran yang terkenal dengan karya sebelumnya, Persepolis, kini selain menulis juga merangkap sebagai juru gambar untuk buku ini. Sebenarnya saya sendiri pun belum pernah membaca Persepolis, namun sedemikian populernya buku itu sehingga nama si pengarang sudah terdoktrin dalam otak saya. Sehingga ketika kemudian saya ngeceng [halah ngeceng!] ke toko buku dan melihat ada buku karya Marjane Satrapi, seketika hormon endorfin saya bergejolak. Beli! Beli! Beli!

4. Kebetulan saya sedang perlu buku bacaan yang ringan, tapi tidak dangkal. Tidak berat, tapi bermakna dan membuka wawasan [beuh bahasanya!].

>> Bagaimana isinya?

Membaca isinya serasa melihat serial 'Sex & The City' dalam versi cetak (dan versi Iran tentunya). Lugas, berani, didukung gambar-gambar yang sebenarnya 'tidak indah dan di luar pakem', namun kocak menurut saya.

Intinya buku ini menggambarkan sekelompok wanita Iran tiga generasi yang berkumpul dan curhat habis2an tentang masalah mereka. Tidak ada tabu atau sensor di sini: tentang cinta, keluarga, seks, keperawanan, kulit sunat, penis, hingga 'bordir' vagina agar kembali perawan, semuanya gamblang diceritakan di sini.

Saya bisa menangkap maksud sang penulis yang menggambarkan adanya kesenjangan budaya dan moralitas masa kini (khususnya di Iran, tapi umumnya bisa terjadi dimana saja termasuk Indonesia) yang uniknya digambarkan dengan ringan dan menghibur.

Overall saya puas dan menikmati!

4.2.07

3 Februari, Sungaiku Sayang Sungaiku Garang

reporter dadakan yang rela bertaruh nyawa ;p

bogor hujan sudah biasa. bogor macet sudah biasa, apalagi di akhir pekan. tapi hari ini memang luar biasa. setelah terjebak kemacetan yang tidak wajar di sepanjang jalan kota bogor,
saya menyaksikan sendiri meluapnya sungai ciliwung siang itu.

di seberang sana peternakan ayam yang sudah tersapu air

aslinya sungai ini indah berbatu-batu, tapi lihatlah kini...

respon penduduk setempat beragam. ada yang panik dan mulai mengemasi barang-barangnya. ada yang cuma berdiri termangu di bawah rinai hujan. ada yang foto-foto untuk liputan (saya contohnya). ada tukang mie ayam yang sengaja mangkal di gardu kosong tepi sungai, sehingga pembeli dapat leyeh-leyeh menikmati dagangannya di sana sambil menyaksikan air bah dari dekat. ada yang saling bertukar berita seperti: "jembatan dekat jambu dua amblas!" atau "bantar kemang kelelep!" atau "ada angkot kebawa arus! kebayang deh warga yang kebanjiran setelah surut nanti terkaget-kaget melihat ada angkot nangkring di rumahnya!" dan berita-berita penting gak penting lainnya.

hanya bisa menatap tanpa daya

ketika air mulai meluap ke dalam komplek perumahan

hujan deras yang sesekali turun membuat saya pesimis jika luapan ciliwung akan cepat surut. saya, biarpun terlihat 'excited' wira-wiri di tepian sungai sambil bawa kamera, terus terang merasa takut akan nasib jakarta yang sudah terlebih dahulu kebanjiran. di bogor saja dampaknya sudah begini, apa jadinya nanti setelah air bah ini sampai ibukota?

ciliwung masih garang sewaktu saya tinggalkan

hari sudah sore ketika radio mengumumkan bahwa ada beberapa jalan di kota bogor yang terputus disertai pemadaman listrik. bahwa jakarta harus siaga satu nanti malam. sementara hujan deras turun lagi.
baru kali ini saya bermurung diri menyaksikan rinainya...