17.3.08

AADAAC

...alias Ada Apa Dengan Ayat Ayat Cinta. Walaupun saya belum pernah menonton filmnya, tapi ada satu komentar teman yang membuat saya tergubrak-gubrak mendengarnya: "kambing".

Di balik semua pujian seputih salju atau kecaman setajam silet tentang film AAC, teman saya ini cuma merasa terganggu oleh penampakan kambing di film tersebut. Kenapa? Katanya itu kambing Indonesia, dan dia bersikeras bahwa kambing yang tinggal di luar negeri itu sosoknya berbeda.

"Kan syuting di India, berarti mereka memakai figuran kambing India dong," sergah saya.

"I can tell! " teman saya meyakinkan. Katanya kambing luar negeri itu lebih modelesque (meminjam padanan kata yang menggambarkan kaki jenjang kuat dan struktur tubuh yang kokoh), selain itu berbeda pula dalam hal corak dan struktur kulit, juga odor alias aroma tubuh.

Olala, bau badan kambing juga berbeda ya?

"Seharusnya," dia meneruskan tanpa mengindahkan ledekan saya, "Hanung mengambil gambar kambing gurun, atau kambing yang biasa hidup di tebing."

Well-well, omongan teman saya itu sedikit banyak memengaruhi persepsi saya tentang kambing selama ini. Mungkin saja kambing di Mesir/Timur Tengah itu memang berbeda daripada kambing di India/Indonesia. Sesuai kultur timur, kambing di sini pastinya lebih ramah dan murah senyum dunk...


















si kambing diunduh dari sini

Enuff said . Kembali ke topik AAC, kunjungan terakhir saya ke toko buku mencatat perkembangan signifikan akan maraknya buku-buku bertema serupa:

Bait Bait Cinta
Dzikir Dzikir Cinta
Sabda Sabda Cinta
Kasidah Kasidah Cinta

Selanjutnya apa lagi??? Terlepas dari isi buku-buku tersebut yang mungkin saja lebih indah dari buku Ayat Ayat Cinta, saya cuma mau bilang: "Kreatif dikit, nape?"

Mendingan juga makan sate kambing!