30.4.09

Io Non Ho Paura

Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Drama
Apa jadinya jika kau sedang bermain di gudang tua, lalu menemukan sebuah lubang bawah tanah dan melihat seonggok kaki manusia disana?
Screammmmmmmm! 
And run away for sure! 

No, ini bukan film horor ataupun thriller (meski terdapat beberapa scene yang cukup menegangkan), tapi kalau boleh saya bilang adalah sebuah film drama yang diliputi misteri cantik ;p

Io Non Ho Paura (2003)

director: Gabriele Salvatores

cast: Giuseppe Cristiano as Michele
      Mattia di Pierro as Filippo
      Dino Abbrescia
      Diego Abatantuono
      Aitana Sánchez-Gijón

language: Italian

runtime: 108'


Film Italia ini diproduksi tahun 2003 dan beredar secara internasional dengan judul I'm Not Scared. Dibesut oleh Gabriele Salvatores (pernah mendapat piala Oscar lewat filmnya Mediterraneo dalam kategori Best Foreign Film di tahun 1991), film ini adalah adaptasi dari novel berjudul sama karya Niccolo Ammaniti.


Io Non Ho Paura memaparkan kerasnya kehidupan lewat pandangan seorang bocah. Mengambil setting sebuah desa terpencil di Italia selatan, pada akhir masa 1970-an, adegan didominasi oleh padang ilalang menguning, dengan langit biru dan awan berarak. Kemana kau memandang hanya perbukitan keemasan nan bergelombang. You can feel the heat. You can feel the emptiness. Strange but beautiful.

Michele adalah bocah 9 tahun yang penuh rasa ingin tahu. Suatu ketika, seusai bermain di sebuah gudang tua, Michele mendapati kacamata adiknya tergeletak di onggokan jerami.

Ternyata Michele mendapati kejutan lain di balik tumpukan jerami tsb. Apakah itu?


Ketegangan mulai merambat ketika lambat laun Michele mulai mengungkap apa dan siapa di balik penemuan misteriusnya tsb.

Yang menarik, film ini sama sekali jauh dari sosok heroik sang tokoh utama. Michele, dalam hal ini, lebih bersikap sebagai bocah yang penuh ingin tahu, bocah kesepian yang tak sungkan menjalin pertemanan dengan sosok asing yang menarik hatinya, bocah yang lugu dan tak tahu kejamnya hidup.

Menonton film ini seperti menyaksikan kepingan puzzle yang satu persatu disusun membentuk sebuah pola, yang bakal membuat penonton terhenyak.
Ah, jika saja sutradara mengeksekusi adegan menjelang akhir film dengan lebih dramatis, saya jamin semua penonton bakal berlinang airmata berderai-derai.

Film ini pun diakhiri dengan ending yang menggantung bagi saya: adakah yang mati? Tapi walau bagaimanapun saya bertepuk tangan puas, because I hate happy endings in movies.


Sebagai tambahan, permainan para aktor pendukung (terutama aktor kanak-kanak) dalam film ini sungguhlah menawan hati. Giuseppe Cristiano, pemeran Michele, bisa dibilang sangat berbakat, dan sungguh tampan. Entahlah, namun saya melihat sutradara sedikit berlebih dalam mengekploitasi tubuh Giuseppe dalam balutan pakaian dalam. Jangan lupakan pula peran ibu Michele yang demikian seksoy geboy. Beuh!


Dan siapa sangka jika peran anak lelaki berambut pirang platina dan berwajah malaikat, Filippo, ternyata diperankan oleh aktris belia, Mattia di Pierro.

Overall, inilah film yang wajib masuk daftar koleksi saya :)


15.4.09

An American Crime

Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Drama
Apa kegunaan lain dari sebuah botol?

This is true story. Di bawah ancaman dan tekanan, gadis belia itu terpaksa memasukkan botol ke dalam kelaminnya.

Ia, Sylvia Likens, tak pernah membayangkan jika setibanya di rumah sepulang dari sekolah, ia harus menghadapi hukuman tak beralasan dari ibu asuhnya, Gertrude Baniszewski. Ia dipaksa masturbasi dengan botol Coca Cola.

Semua bermula ketika keluarga Likens (yang bertugas di karnaval keliling) menitipkan anak mereka, Sylvia dan Jenny, kepada Gertrude, seorang ibu dengan 7 anak. Gertrude sendiri menerima titipan kedua anak Likens tsb karena membutuhkan nafkah tambahan untuk keluarganya.

Demikian sakit dan miskin, membuat Gertrude melampiaskan depresinya pada Sylvia dan Jenny. Naas, Sylvia yang paling parah menerima semua siksaan.

Ragam siksaan yang diderita Sylvia antara lain:
diikat dan disekap
dipukul dengan ikat pinggang, kursi, dan gagang sapu
ditonjok dan ditendang
disuruh makan kotorannya sendiri
disiram air mendidih
dihajar kemaluannya
disundut
ditato pake jarum panas di perut, tulisannya I'M A PROSTITUTE AND PROUD OF IT

Yang mengenaskan, ketujuh anak Gertrude beserta anak-anak tetangga lainnya turut serta menyiksa Sylvia, dan tiada satupun yang melapor. Akan halnya Jenny, adik Sylvia, tak berkutik karena berada di bawah ancaman Gertrude. Apalagi Jenny mengidap cacat bawaan akibat polio sehingga posisinya semakin tak berdaya.

Gudang bawah tanah sebuah rumah di 3850 E New York St, Indianapolis, Indiana, ini pun
menjadi saksi bisu atas tragedi Sylvia Likens. Terjadi pada tahun 1965, inilah salah satu
peristiwa kriminal tersadis yang pernah terjadi di Amerika Serikat.

Kisah nyata ini sempat diangkat ke layar lebar pada tahun 2007 dengan pemeran Catherine Keener sebagai Gertrude, dan favorit saya Ellen Page sebagai Sylvia.
Sumpah melihat akting Ellen di sini sungguh membuat saya berpikir hendak menjadi aktivis anak, dan melihat akting Catherine yang kejam amat membuat saya ingin makan tuh orang idup2!

Karena satu dan lain hal, film ini tidak jadi ditayangkan di bioskop, melainkan dirilis langsung dalam format DVD. Kebayang sih, pada saat premiere di Sundance Film Festival 2007 saja film ini sudah membuat controversy, bahkan dikabarkan ada seorang penonton jatuh pingsan, dan seorang lagi terkena serangan jantung, akibat tak tahan melihat penyiksaan yang diderita Sylvia nan malang.

So, beware!

An American Crime (2007)
 
director: Tommy O'Haver

cast:  Ellen Page as Sylvia Likens
       Catherine Keener as Gertrude Baniszewski
       Hayley McFarland as Jennifer Faye 'Jennie' Likens

language: English

runtime: 97' 

Chicken With Plums

Rating:★★★★
Category:Books
Genre: Comics & Graphic Novels
Author:Marjane Satrapi
Alkisah pada zaman Sulaiman, tersebutlah seorang India, tuan Ashoor namanya.
Suatu hari pada saat beliau berjalan-jalan di Yerusalem, tuan Ashoor berjumpa dengan Azrael, malaikat maut, yang menatapnya sedemikian rupa.

Tanpa banyak kata, tuan Ashoor yang ketakutan segera berlari mendatangi istana Sulaiman, dan meminta tolong pada baginda agar mengirimnya pergi sejauh mungkin dari Yerusalem.

Sulaiman, walaupun tahu takkan ada yang bisa menghindari maut, akhirnya mengutus angin untuk membawa pergi tuan Ashoor kembali ke India.

Keesokan harinya, di India, tuan Ashoor ternyata kembali berjumpa dengan Azrael.

"Tunggu! Jika memang aku harus mati disini hari ini, kenapa kemarin kau menatapku dengan tajam?" sergah tuan Ashoor.

Azrael menukas, "Kau keliru. Kemarin aku hanya terkejut melihatmu berada di Yerusalem. Sementara aku sudah ditugaskan untuk mencabut nyawamu hari ini di India. Bagaimana mungkin? Padahal jarak yang harus kau tempuh sangatlah jauh untuk bisa kembali berada disini hari ini."

Maka matilah tuan Ashoor sesuai takdir.

Kisah tadi adalah sempalan cerita dalam hidup menjelang matinya Nasser Ali Khan. Beliau adalah salah satu musisi tar (alat musik perkusi khas Iran) terbaik pada masanya. Oleh karena suatu hal, beliau mengurung diri dan memutuskan mati di kamarnya. Sempalan-sempalan kisah pun bergulir semasa pengasingannya tersebut.

Chicken With Plums (ayam dengan plum) itu sendiri ada hubungannya dengan si tokoh, karena ternyata menu menggiurkan ini adalah makanan kesukaan Nasser Ali Khan.
Dalam khayalan menjelang kematiannya, beliau melihat sang bunda memasakkan ayam dengan plum tsb khusus untuknya.


Marjane Satrapi, sang pengarang novel grafis ini, telah kembali dengan hasil karyanya yang tetap sarat dengan unsur satire dan komedi hitam.

Awalnya cerita bergulir datar dan membosankan, namun lambat laun kisahnya menjadi demikian menarik hingga halaman terakhir, dan menjelaskan beberapa hal yang membingungkan di babak awal. Kisah yang tampak datar membosankan akhirnya dibalikkan menjadi bermakna dan mengharukan.


Salah satu hal yang membuat saya termenung setelah membaca novel grafis ini, adalah imajinasi tentang detik-detik menjelang kematian dimana kita menyaksikan kembali kehidupan yang telah lewat. It's like watching a movie played in reverse mode.
And there's no stop button.
 
Pada akhirnya, hidup dan mati adalah dua hal yang patut dihadapi dengan keberanian.



13.4.09

Blog Masa Kecil

...ternyata eh ternyata, sejak kecil saya sudah rajin membuat jurnal pribadi yang tak ada bedanya dengan aktivitas blogging sekarang ini.

Tentunya jurnal yang saya buat saat itu masih dalam taraf sederhana, kebanyakan tentang catatan keseharian, ditulis di buku agenda (biasanya jatah dari kantor bokap), dan dibuat dalam kaidah bahasa ABG Yang Disempurnakan ;p

...dan dari cuplikan agenda tsb, bisa dilihat ragam kisah dan bakat minat saya semasa kecil. Selamat menikmati!  


STALKER ULUNG


- LILLY MARLENE  Jl. Teratai Putih III/207  Klender - Jaktim
- LYDIA NATALIA  Permata Intan I Blok S-I no.2  Permata Hijau - Jaksel



Ahiak, dulu favorit banget baca tabloid Monitor sama majalah Senang
(dua2nya kreasi oom Wendo), dan saya paling rajin copas biodata artis dari media tsb ke dalam agenda.


DESKRIPTIF PERSUASIF


"Semuanya dicukur (rambutnya tentu!)."




Maksud 'semuanya' disini adalah 'kami sekeluarga'. Jadi bukan rambut di sekujur tubuh saya yang dicukur (lagian anak kecil punya rambut dimana sih kecuali kepala?).



LIHATLAH TANDA MERAH DI PIPI


"Kami sekelas ditamparin oleh Pak Adang karena ulangannya tidak segera dikumpulkan."



Pak Adang itu guru olahraga yang galak. Suatu ketika kami tidak segera
mengumpulkan lembar ujian tertulis, padahal waktunya sudah habis. Beliau ngambek lalu balik ke ruang guru, dan kami pun terpaksa menyusulnya kesana. Satu persatu habis deh kena gampar.


SI JAGO BALAP

"Pulang dari Jakarta, ngebut di Jagorawi dengan kecepatan 140 km/jam dengan lawannya Toyota Crown"




Waktu kecil demen banget kalo bokap udah ngebut di tol, such an
adrenaline rush! Dulu 140 km/jam bagi saya udah ngebut termehek-mehek. Tapi sekarang? Tjis, tetep sih kerasa ngebut ;p


PENYINTA EKSOTISME

inset: gambar wanita suku primitif berambut keriting spiral, berbibir tebal dan bergincu merah, berkalung tengkorak, bertato payung, lengan berotot, dan ber-rok rumbai






Saya menamai tokoh kartun ini: Ethi Opia. Cewek eksotis ini pernah saya buatkan komik-stripnya di halaman buku gambar. Ada yang full color, ada pula yang black & white.

(Hmmm.. jadi kepikiran tuk menghidupkan kembali tokoh Ethi Opia ini)


REPORTER HANDAL

"Terjadi musibah kemalingan. Sepatu baru dan sandal ludes. Kerugian sekitar 200 ribu rupiah"




Sepatu saya yang hilang itu baru dipakai satu kali ke sekolah. Merknya Richland (kalo ga salah), berwarna putih dengan rubber sole tebal, dan ada aplikasi Union Jack di lidah sepatunya. Pencuri
diperkirakan memanjat lewat tebing (rumah kami memang terletak di tepi sungai) dan masuk melalui jendela yang tak berkaca. Aldi Suditomo melaporkan.


CONFESSION OF A SHOPAHOLIC

9  am "Pergi ke Ramayana"
10 am "Keliling Ramayana dan Pasar Busana Matahari"




Sebenarnya papi-mami suka ngajak belanja ke Orchard, cuma bosen ah.. ;p



MOVIE FREAK

"Nonton Layar Tancap judulnya Lupus II & Dendam Membara lalu beli bakso"




Hahaha, saya sendiri lupa nontonnya dimana. Oya, kalo ga salah Dendam Membara itu yang main Chris Mitchum sama Ida Iasha. Pas ada adegan mesranya
penonton pada rame suit2, sedangkan saya (bocah imut innocent) jadi jengah dan langsung pura2 liat bintang di langit malam :D


PENULIS UNGGUL

Robby mengikuti Harry menuju kamar mandi. Di dalamnya sudah menanti beberapa budak cantik dengan pakaian minim siap memandikan sang pangeran.
"Kau tunggu saja disitu..." kata Harry.
Robby duduk termenung di sudut ruangan. Dst...


Beuh! Imajinasi sudah melampaui kepolosan seorang bocah ;p



SWADAYA BERDIKARI

"Test PKK lihat contekan, untung nggak ketahuan"




PKK nyontek??? Yang bener aje!!!




8.4.09

Pesta Rakyat, Teteh Jamilah, dan Kambing Guling

Waktu kecil, suasana kebersamaan antar warga di kampung saya terasa kental sekali. Saya masih ingat sewaktu pembangunan jembatan desa, semua warga turun bergotong royong. Pria wanita tua muda.

Saya masih ingat harum gembur tanah basah yang sedang dicangkul oleh pak Hasan, hansip desa, bersama kaum pria lainnya. Saya masih ingat teteh Jamilah, anak pak RT yang putih semok itu berkebaya cantik sekali, menyiapkan hidangan prasmanan bersama kaum wanita yang lain. Saya masih ingat alunan degung Sunda bergaung di segala penjuru.

Ketika tiba waktu makan siang, kami pun berduyun-duyun menuju meja prasmanan. Teteh Jamilah yang melayani kami. Saya terkagum-kagum akan kemolekannya. Kulitnya mulus bak porselen. Ia wangi bagai ronce melati.

Bagi kami, menu makanan yang sederhana terasa nikmat sahaja karena suasana hati yang sedang ceria. Pria wanita tua muda larut dalam senda gurau. Akrab penuh kekeluargaan.

That was then.

Namun bagi saya, itulah pesta rakyat yang sebenarnya.

Hari ini beberapa rekan sekantor sudah menyiapkan diri tuk mudik ke kampung halaman masing-masing. Esok kan Pemilu. Pesta demokrasi, pesta rakyat. Dulu coblos sekarang contreng.

Dari obrolan ngalor ngidul terbersitlah definisi pesta rakyat menurut saya:
 
1. TPS tak perlu mewah tak perlu megah, tapi bersahaja dan jumawa ;p Seperti halnya dulu rakyat kerap berlomba bikin gapura semeriah mungkin, ada baiknya TPS pun dibuat cantik, biar ada kebanggan para pemilih yang nyontreng di sana. Biar jadi ajang narsis pepotoan juga, wkkk.. :)

2. Nomor KTP valid berlaku satu kali contreng. Database KPU harus sudah online, jadi siapapun dimanapun cukup menunjukkan KTPnya, petugas tinggal memasukkan nomornya ke database, voila! "Silakan pak, bu, disana bilik suaranya".

3. Sambil menunggu giliran, pemilih bisa mendapatkan cemilan ringan dan minuman gratis. Alunan musik yang menenangkan dapat diputar supaya pemilih lebih rileks dan tidak tegang sebelum menyontreng.

4. Usai nyontreng, pemilih mendapatkan kupon makan, tuk mendapatkan menu spesial pesta rakyat: KAMBING GULING!

Buat mereka yang tidak makan kambing/tidak sempat antri, bisa menukarkan kupon makan resmi ini sebagai kartu diskon di franchise restoran terkemuka di mall2 terdekat.

5. Sambil menikmati kambing guling, TPS pun dihibur oleh live music. Pengisi acara cukup band dan artis lokal saja.

Ingatan saya kembali beralih pada teteh Jamilah, pada masanya beliau adalah penyanyi dangdut populer di kampung saya.




Lantas darimana semua biaya pesta rakyat itu berasal? Para caleg lokal pasti tak keberatan menggelontorkan pundi-pundi rupiahnya demi acara ini. Harus patungan dan fair jumlahnya, biar tak ada isu membeli suara.

Hohoho inilah pesta rakyat yang ideal menurut saya..



Tulisan ini dibuat oleh saya yang hobi makan kambing guling tapi selalu pusing kalo porsinya lebih dari sepiring, saya yang ngefans sama teteh Jamilah, namun sudah tak mendengar lagi kabarnya sejak beliau merintis karir keartisan di ibukota, saya yang belum tahu akan memilih apa dimana besok..