kan saatnya ibadah jumat
usai kotbah, saatnya rapikan shaf tuk dirikan shalat
kan di sebelah saya masih ada ruang
lalu muncullah pemuda itu mengambil tempat
kan shalat sudah dimulai
ketika tercium aroma menguar
bau tak sedap ketiak lembab
kan tadi hidung kami aman nyaman saja
namun setibanya ia
entah kenapa udara jadi menyengat
kan kami sudah bersidekap dalam shaf rapat
tapi tiap ia bergerak bagai menghembuskan uap pekat
jadilah saya, dan mungkin jemaah yang lain tak khidmat
kan tak salah jika saya melafalkan bacaan shalat
namun benak saya bekerja keras
mengalihkan impuls syaraf penciuman
kan otak bagai proyektor
saya pikir laut, maka tergambar putih buih, dan biru horison
uap asin basah dimana gen purba kita berasal
segarkan getarkan
kan otak bagai pengelana
saya pikir air terjun, maka bertualanglah ia kesana
aroma lembab humus, akar basah, dan deru air
murninya udara ledakkan dada
kan otak bagai bayi
tiba-tiba saya kangen ibu, dan rindu dalam dekapnya
odor yang cuma bisa tercium lewat peluk hangatnya
memori terawal yang bisa kuhirup
kan imam tlah mengucap salam
maka buyarlah blokade syaraf saya
hei, hidung saya tak apa
tampaknya ia pun tlah terbiasa
kan saya kemudian berdoa
Tuhan, maaf jika shalatku tak khidmat
Tuhan, terima kasih atas ke-tak-khidmat-an tadi
saya jadi lebih mensyukuri punya indera penciuman yang baik
Kau jadikan semuanya jadi lebih bermakna
Amin.
jumat gerah 15 mei 2009
© duabadai.multiply.com
15.5.09
14.5.09
Gigit
ibu tadi bilang:
nak, waktu kalian dulu menyusu
bukan cuma hisapan susu
tapi juga
ada gigitan bakal gigi susu
aku lalu bilang:
adakah kami menggigit putingmu, ibu
ibu lantas bilang:
ada darah
sedikit tapi
aku hilang dalam benak:
gusti, bahkan sejak kami bayi
ibu sudah kami lukai
aku tersendat bilang:
maaf, ibu
ibu melambaikan tangan sambil bilang:
semua bayi begitu
aku urung mau bilang:
adakah semua suami begitu
aku lalu membayangkan bapak menggigit ibu sebagaimana aku kelak menggigit ibu anak-anakku
bukan melulu berahi melainkan kimiawi
dan aku cuma bisa bilang:
pamit, ibu
aku cium tangan ibu, lalu mengucap salam tinggalkan rumah
hari basah 14 mei 2009
© duabadai.multiply.com
nak, waktu kalian dulu menyusu
bukan cuma hisapan susu
tapi juga
ada gigitan bakal gigi susu
aku lalu bilang:
adakah kami menggigit putingmu, ibu
ibu lantas bilang:
ada darah
sedikit tapi
aku hilang dalam benak:
gusti, bahkan sejak kami bayi
ibu sudah kami lukai
aku tersendat bilang:
maaf, ibu
ibu melambaikan tangan sambil bilang:
semua bayi begitu
aku urung mau bilang:
adakah semua suami begitu
aku lalu membayangkan bapak menggigit ibu sebagaimana aku kelak menggigit ibu anak-anakku
bukan melulu berahi melainkan kimiawi
dan aku cuma bisa bilang:
pamit, ibu
aku cium tangan ibu, lalu mengucap salam tinggalkan rumah
hari basah 14 mei 2009
© duabadai.multiply.com
Subscribe to:
Posts (Atom)