15.5.09

Kan...

kan saatnya ibadah jumat
      usai kotbah, saatnya rapikan shaf tuk dirikan shalat

kan di sebelah saya masih ada ruang
      lalu muncullah pemuda itu mengambil tempat

kan shalat sudah dimulai
      ketika tercium aroma menguar
      bau tak sedap ketiak lembab

kan tadi hidung kami aman nyaman saja
      namun setibanya ia
      entah kenapa udara jadi menyengat

kan kami sudah bersidekap dalam shaf rapat
      tapi tiap ia bergerak bagai menghembuskan uap pekat
      jadilah saya, dan mungkin jemaah yang lain tak khidmat

kan tak salah jika saya melafalkan bacaan shalat
      namun benak saya bekerja keras
      mengalihkan impuls syaraf penciuman

kan otak bagai proyektor
      saya pikir laut, maka tergambar putih buih, dan biru horison
      uap asin basah dimana gen purba kita berasal
      segarkan getarkan

kan otak bagai pengelana
      saya pikir air terjun, maka bertualanglah ia kesana
      aroma lembab humus, akar basah, dan deru air
      murninya udara ledakkan dada  
    
kan otak bagai bayi
      tiba-tiba saya kangen ibu, dan rindu dalam dekapnya
      odor yang cuma bisa tercium lewat peluk hangatnya
      memori terawal yang bisa kuhirup
   
kan imam tlah mengucap salam
      maka buyarlah blokade syaraf saya
      hei, hidung saya tak apa
      tampaknya ia pun tlah terbiasa

kan saya kemudian berdoa
      Tuhan, maaf jika shalatku tak khidmat
      Tuhan, terima kasih atas ke-tak-khidmat-an tadi
                 saya jadi lebih mensyukuri punya indera penciuman yang baik
                 Kau jadikan semuanya jadi lebih bermakna
      Amin.




jumat gerah 15 mei 2009
© duabadai.multiply.com

 

14.5.09

Gigit

ibu tadi bilang:
nak, waktu kalian dulu menyusu
bukan cuma hisapan susu
tapi juga
ada gigitan bakal gigi susu


aku lalu bilang:
adakah kami menggigit putingmu, ibu


ibu lantas bilang:
ada darah
sedikit tapi


aku hilang dalam benak:
gusti, bahkan sejak kami bayi
ibu sudah kami lukai


aku tersendat bilang:
maaf, ibu


ibu melambaikan tangan sambil bilang:
semua bayi begitu


aku urung mau bilang:
adakah semua suami begitu


aku lalu membayangkan bapak menggigit ibu sebagaimana aku kelak menggigit ibu anak-anakku
bukan melulu berahi melainkan kimiawi


dan aku cuma bisa bilang:
pamit, ibu


aku cium tangan ibu, lalu mengucap salam tinggalkan rumah




hari basah 14 mei 2009
© duabadai.multiply.com