23.12.11

The Only Bookworm I Knew

Beberapa hari lalu saya membuka kembali simpul memori masa sekolah.  Melalui Facebook, saya membaca notifikasi ulang tahun salah seorang teman SMA.  This birthday boy (sebut saja namanya Kumbang) punya keunikan tersendiri yang bikin saya terkenang kembali akan masa-masa sekolah.


Kumbang: "Ada anak baru di kelas sebelah, alamak bening banget!"
Srek!
Nyammmmm!


Kumbang: "Tadi bis dicegat anak STM ngajak tawuran, gw sih ngumpet aja di jok belakang!"
Srek!
Nyammmmm!


Kumbang: "Lihat buku paket lo yang baru deh!"
Melati: "Eh, jangan-"
Srek!
Nyammmmm!
Melati: "Hiks, mamaaaaaa!"


Hohoho, demikianlah Kumbang.  Ia seorang kutu buku, dalam artian sebenarnya: pemakan kertas!  Kapanpun.  Dimanapun.  Kemana-mana selalu ngemil buku, lembar demi lembar.

Buku-buku miliknya tiada yang utuh (mulai buku tulis, buku pelajaran, buku gambar, notes, sampai lembar ujian) karena semuanya kerap dijadikan kudapan ringan.  Biasanya ia memulai dari lembaran paling belakang yang masih kosong, sedikit demi sedikit.  Setelah lembaran paling belakang habis, berlanjut ke lembar berikutnya.  Jika menemukan lembaran yang sudah ada tulisannya, maka ia cuma menyantap sudut-sudut halamannya saja.  Walhasil buku-buku miliknya tak ada yang tampil cantik dan mulus.

Pun ketika sedang mengobrol dengan Kumbang, pada saat mulutnya sibuk mengulum-ngulum serpihan kertas, kita tetap harus ekstra waspada menjaga properti masing-masing.  Karena kalau lagi sakaw, Kumbang tak peduli buku siapapun yang ada di dekatnya pasti bakal langsung dicemil olehnya.

Tapi kami tiada yang pernah merasa sangat-sangat terganggu dengan kebiasaannya ini.  Toh walau bagaimanapun, Kumbang itu kocak, baik, seru, rame.  Dan sepanjang ingatan saya, guru-guru tidak ada yang tahu sama sekali soal ini.  Mungkin mereka cuma sedikit heran saja kenapa buku milik Kumbang (dan sebagian milik teman sekelasnya yang jadi korban) pasti ada saja yang bocel-bocel.   

Sayang sejak lulus SMA kami baru sekali bertemu, pada saat dia baru lulus dari pendidikan kepolisiannya.  Itupun pertemuan yang singkat saja dan kami tak sempat mengobrol banyak.

Kini Kumbang sedang bertugas di pulau seberang, dan meski saya tergelitik untuk mengetahui apakah dia masih punya hobi makan kertas atau tidak, tapi akhirnya saya putuskan untuk menyimpan saja hal itu dalam slot memori.  Mungkin, kelak saya akan menanyakannya langsung jika kami bertemu kembali.

Kali ini cukuplah dengan tulisan di wall-nya:

Selamat ulang tahun, hei kutu buku! ^^


9.10.11

Little Death [part 2]

kau bersama mereka . aku bersama yang lain

bagai tertera dalam naskah
kau menoleh . aku menoleh

demi masa . beberapa detik itu
mata kita . jendela hati aku dan kau
saling memindai satu sama lain

tak ada titik antara kau dan aku
ya, sayangnya . tiada titik
yang dapat hentikan pencarian

meski inginku memilin . menjalin . bertaut . berpagut
meski inginku kau pun ingin
tersesatku walau sesaat

ditarik teman kau pergi . ditarik kesadaran aku kembali
kau berbalik . nanar kutatap punggungmu
aku tak tahu apa kau tahu kalau aku menatapmu

kau sederhana . kau nyata
lebih indah dari sosokmu di layar kaca dan maya
tenggelamku dalam euphoria

[minggu sore . pelataran parkir tujuh sebelas . how i adore you now]