keluarga itu menepikan gerobaknya
sang suami menggelar plastik di trotoar
sekedar untuk tempat rebah sang istri dan bayi mereka
istirahat hari ini, besok berkelana lagi
hidup mungkin hanya putaran roda yang tersuruk bagi mereka
berputar berat dan l a m b a n
entah mengapa, kami bagai terpekur melihatnya
segala keluh kesah 'semestinya begini begitu' jadi tiada makna
semestinya kami bersyukur
itu saja
saya dan kawan akhirnya kasak-kusuk
maaf ya, maukah mereka disumbang?
sebaiknya dalam bentuk apa?
berapa nilai uang yang pantas?
tapi kebimbangan tak lama
sang suami menyambut uluran tangan kami
membungkuk dalam-dalam tanda syukur
maaf ya, merepotkan
mungkin seperti tersirat pada si gerobak tua
kami pun beranjak meninggalkan keluarga itu
tiada lain kecuali kesadaran dalam diri
karena semestinya kami bersyukur
itu saja