16.9.08

MY10

[1]

Mmmmmh.... mmmmh.... waktu kecil saya pernah ilang di bonbin Ragunan.


[2]

Pernah semasa kecil, sewaktu gigi susu saya tanggal, ibu segera menyodorkan segelas kecil minuman yang ada di meja.

"Panas!" protes saya tatkala cairan itu mengalir di tenggorokan.

"Ga pa pa, teh panas kan enak!" desak ibu sebelum ke dapur membuatkan air garam untuk berkumur.

Glek! Saya masih coba memprotes namun tak ayal beberapa teguk tertelan. Rasanya seisi mulut bagai terbakar.

Kemudian datang bapak, dan dengan murka beliau berseru, "ITU WHISKY KENAPA KAMU MINUM?!?!"

*gubrax*


[3]

Semasa kanak, saya juga pernah mencuri dua potong somay (dibagi berdua loh sama adik). Ceritanya pada waktu si tukang somay pergi ke warung sebelah untuk menukar uang kembalian, saya dan adik tergoda untuk mencicipi kembali potongan somay ikan yang harum gurih lembut itu.

Settt! Settt! Dalam sekejap dua potong somay sudah bersarang di mulut dua anak manis yang gembil lucu innocent dengan mata polos berbinar2. Semua terjadi tanpa rencana.

Tukang somay pun kembali, dan setelah menerima uang kembalian, kami pun berlari riang.

Moral of the story: jangan tertipu sama penampilan! Wkkkk :D


[4]

Saya pernah punya kolam ikan kecil buatan sendiri di pekarangan rumah, yang diisi oleh anak2 ikan mas mungil, juga udang yang saya tangkapi di sungai. Saya rajin sekali menguras kolam tsb, lalu menyusun kembali bebatuan, pasir, dan atribut lainnnya, kemudian saya isi lagi kolamnya dengan air ledeng. Saya juga punya komplek pemakaman sendiri buat menguburkan ikan2 mas yang mati (hiiiiy, kok jadi inget Ryan ya?)


[5]

Saya besar kepala, dalam arti sebenarnya. Saya tak pernah pakai kopiah karena ukurannya tidak pernah ada yang muat. Sewaktu kecil kepala saya seringkali terbentur sesuatu hingga benjol-benjol. Mungkin karena sering terbentur itulah maka tengkorak kepala saya menebal untuk melindungi jaringan di dalamnya, sehingga otomatis ukuran kepala pun membesar.

Hey, think positive, man! :)


[6]

Saya mengenal dunia remang2 sejak pertama duduk di bangku SMP. Seminggu setelah masa orientasi siswa baru, teman saya "N" divonis hamil (bukan oleh saya, waktu itu puber pun belum!). Sembilan bulan kemudian, kami siswa kelas satu SMP yang masih lugu dan bau kencur itu datang beramai-ramai menjenguk "N" yang baru melahirkan anaknya.

Dan inilah kesan pertama saya tentang dunia remang2: so scary, so sad.

Ternyata tempat tinggal teman kami bukan berupa rumah, melainkan deretan kios kosong di belakang pasar. Suasananya remang. Aromanya pengap. Musiknya orkes dangdut. Banyak om2 bertampang seram dan bertato duduk nongkrong disana. Seorang wanita paruh baya, mulutnya nyinyir beraroma minuman keras, dengan lantang menyuruh kami meninggalkan tempat itu karena "N" tak bisa dijenguk. Wanita itu ibunya.

Kami tidak pernah mengetahui nasib "N" selanjutnya karena ia tidak pernah kembali ke sekolah.. :(


[7]

I was a "D" addict once in high school. Maksudnya, saya ketagihan huruf D. Maksudnya, saya suka mengencani gadis-gadis berinisial "D", dan ini terjadi di luar nalar saya (atau mungkin hal ini memang kebetulan yang sangat kebetulan saja).

Sebut saja ada
D1: cerdas, jago bahasa Inggris
D2: manis manja berlesung pipit
D3: rada misterius, anak kolong
D4: penuh perhatian, anak pak camat


Kalau kemudian kenapa saya sampai dipanggil wali kelas karena hal ini, ternyata ada pengaduan dari gadis berinisial "E" yang tampak cemburu karena tidak bakal dapat perhatian dari saya. Hahaha sampai segitunya!

*tersipu jumawa*


[8]

Dulu saya paling OBE (ogah-bete-emoh) sama Nike Ardilla dan semua lagu2nya. Tapi sekarang, setiap kunjungan ke karaoke, saya tak pernah lupa mengetikkan keyword 'Nike Ardilla' dalam pencarian lagu. Sampe2 rekan karaoke menjuluki saya Aldilla.

Talk about karma, ehh?


[9]

First time in blue? Atau tepatnya kali pertama nonton blue film? Terjadi setelah saya menginjakkan kaki di ibukota tuk mencari nafkah. Tepatnya nonton bokep bareng rekan-rekan sekantor pada saat lunch time. Bah! Pergaulan metropolis telah menjerumuskankuh!


[10]

A brief story about my very first experience in sea diving:

Laut sedikit keruh saat itu. Aku merasa sejuk. Cahaya matahari membentuk larik-larik simetris yang menembus kedalaman air. Plankton dan partikel kecil lainnya tampak memenuhi ruang di sekelilingku. Mereka bergerak pelahan mengikuti arus. Seperti halnya tubuhku. Hanyut terbawa arus. Tubuhku hanyut.

Aku menggapai-gapai. Tubuhku di sana.

Aku melihat tubuhku hanyut.

Aku melihat tubuhku.

Hanyut.

Semesta menarik kesadaranku kembali oleh tangis ibu yang tersedu-sedu. Aku telah kembali ke daratan, terbujur lemah di atas pasir, pucat bertelanjang dada. Aku telah kembali bersama tubuhku. utuh.

Aku. 4 tahun. Pantai Ancol.

12.9.08

Tanya Kenapa

Kalau memang sudah putus, kenapa harus menghindar?

Kalau memang menghindar, berarti belum tentu sudah putus kan?

5.9.08

4bia

Rating:★★★
Category:Movies
Genre: Horror
Tengah malam. Sendirian. Mati listrik. Gelap gulita.

Apa yang kau pilih jika berada dalam situasi tersebut: tetap diam dalam kegelapan tanpa mengetahui apa yang ada di sekitarmu? Atau memilih menyalakan hape sebagai sumber cahaya untuk mengetahui APA YANG ADA DI SEKITARMU?


Hiyyyyyyyyyyyyyyyyy, itulah nuansa yang didapat saat baru menonton babak pertama dari film 4bia ini. Meremang rambut kuduk.

Inilah cuplikan salah satu film horor Thai yang langsung jadi favorit. Emp4t sutradara bekerjasama dalam menjalin kisah horor ini, semua terbagi dalam emp4t babak yang sebenarnya dapat berdiri sendiri, namun terdapat benang merah yang menghubungkan masing2 babak sebagai satu kesatuan utuh. Sudah menonton Babel? Ya seperti itulah kira2 korelasinya, cuma 4bia ini mewakili genre horor Asia.

Babak 1:
Kisah tentang perempuan kesepian yang hidup di apartemen kumuh, dan bersosialisasi cuma lewat sms dan chatting. Alur cerita cuma terjalin lewat rangkaian kalimat di layar hape dan monitor. Tebak dengan siapa dia selama ini berkomunikasi?


Sinetroners must learn from this: ga perlu dialog, ga perlu camera-face (maksudnya kamera yang disorotkan ke wajah dan di-zoom berkali-kali), ga perlu make-up tebel, ga perlu setting rumah mewah-wah-wah, ga perlu sosok setan yang serem berdarah2, tapi kisahnya tetap dapat menggiring penonton dalam suasana thriller yang mencekam. Saya paling suka adegan mati listrik tadi, benar2 meneror mental.

Babak 2:
Kisah tentang penindasan geng remaja kaya kepada seorang pelajar miskin. Tindakan mereka kerap di luar batas, hingga suatu hari si tertindas berniat membalas dendam lewat ilmu hitam. Yah, intinya sih hati2 kalo maen sama setan (lagian siapa yang mau???).


Di sini saya sempat kecewa karena sosok hantunya is sooooo animated. Ketahuan banget rekayasa komputernya. But otherwise, jalan ceritanya tetap mengejutkan, cenderung sadis malah. Saya suka sama tokoh Pink, she's so deliciously cute!

Babak 3:
Kisah tentang 4 sekawan yang sedang kemping di hutan dalam rangka arung jeram. Ucapan seperti "apa yang bakal lo lakukan kalo salah satu dari kita mati besok?" memang ga boleh tercetus sembarangan, apalagi di tanah antah berantah. Gimana kalo jadi kenyataan, atau malah faktanya lebih menyeramkan dari sekedar ucapan tadi?


Keemp4t sekawan ini mampu menghidupkan suasana dengan karakternya masing2. Celetukan sembarangan, mimik wajah, gesture, semuanya bagai mewakili karakter kita sendiri dan kawan2. Nuansa kocak namun horor tetap terjaga baik di babak ini. Hebatnya, ending kisah ini sungguh di luar dugaan *tepuk tangan merinding*

Chapter 4:
Kisah tentang pramugari cantrik, Pim, yang bertugas melayani putri Sophia dari kerajaan Vanishtan (kalo ga salah) dalam penerbangan ke Phuket. Sang putri sungguh berperangai buruk pada Pim, bisa dibilang kejam. Tak disangka, putri Sophia wafat tak lama setibanya di Phuket. Sialnya, Pim kembali bertugas mendampingi si mayat dalam penerbangan ke Vanishtan.


Scarrry! Kembali teror mental bermain disini. Efek suara muntah dan batuk2 aja udah cukup bikin mengkeret. Kebayang kan kabin pesawat yang kosong melompong, ruang kokpit terkunci, cuma ada dirimu dan mayat di kabin yang luas dan gelap, sementara cuaca sangat buruk di luar, turbulence berkali-kali, dan mayat itu meluncur kesana-kemari? Kyaaaaaaaaaaaaaa!


So, dare to watch 4bia?


4bia (2008)

director: Banjong Pisanthanakun, Paween Purikitpanya, Youngyooth Thongkonthun, Parkpoom Wongpoom

cast: Laila Boonyasak as Pim, Pongsatorn Jongwilak, Apinya Sakuljaroensuk, Maneerat Kham-uan

language: Thai

runtime: 120'