19.10.06

Semestinya Itu Saja

keluarga itu menepikan gerobaknya
sang suami menggelar plastik di trotoar
sekedar untuk tempat rebah sang istri dan bayi mereka
istirahat hari ini, besok berkelana lagi

hidup mungkin hanya putaran roda yang tersuruk bagi mereka
berputar berat dan l a  m   b    a     n

entah mengapa, kami bagai terpekur melihatnya
segala keluh kesah 'semestinya begini begitu' jadi tiada makna

semestinya kami bersyukur
itu saja

saya dan kawan akhirnya kasak-kusuk
maaf ya, maukah mereka disumbang?
sebaiknya dalam bentuk apa?
berapa nilai uang yang pantas?

tapi kebimbangan tak lama
sang suami menyambut uluran tangan kami
membungkuk dalam-dalam tanda syukur
maaf ya, merepotkan
mungkin seperti tersirat pada si gerobak tua

kami pun beranjak meninggalkan keluarga itu
tiada lain kecuali kesadaran dalam diri

karena semestinya kami bersyukur
itu saja

21 comments:

  1. Syukur pada Allah SWT......thanks for sharing...

    ReplyDelete
  2. kadang karena terlalu banyaknya keinginan, jadi lupa untuk mensyukuri apa yang sudah kita punya. tks for remind me.

    ReplyDelete
  3. ugh....speechless deh..

    gue pernah menemukan keluarga yang hidup berpindah2 dengan gerobaknya, dr jaman gue smu ampe skrg udah kerja gini, disemarang. yang patut diacungin jempol, mereka itu enggak mengemis dan setianya itu lhooo...sampai nenek2 dan kakek2 mereka masih aja berdua. dan gue segan ma mereka, takut mereka tersinggung kalau gue pengen ngasih sesuatu untuk mereka cause once again, they are not beggars.

    just cherish my life then...

    ReplyDelete
  4. g merinding...
    aldi thanks for sharing...
    alhamdulillah

    ReplyDelete
  5. *sigh* thanks, emang seharusnya kita bersyukur. :)

    ReplyDelete
  6. itulah kenapa kita sempat ragu mau nyumbang ala kadarnya, secara jelas2 mereka bukan pengemis..
    terkadang tuntutan hidup yang keras malah membuat mereka lebih tegar dari kita2 [hiks]

    ReplyDelete
  7. mmh bener..bener...kadang kita lupa...ketika tangan diatas...memberi kebahagiaan dengan tulus ikhlas...ketika melihat senyum penuh rasa syukur kepadaNya mengembang di bibir mereka..ketika doa terpanjat...ada rasa damai dan bahagia menyelimuti. Semoga tangan ini bisa terus berada diatas..berbagi pada mereka yang memang punya hak atas apa yang kita miliki
    Thanks udah add aku

    ReplyDelete
  8. If only have a better social welfare programs nationally
    to help those poor people;
    if only you have sufficient and qualified social workers...
    and other if and a lot of other if,
    you can do the better to handle this kind of problem.

    ReplyDelete
  9. Iya perlu bersyukur,

    tapi sebelnya deket2 lebaran gini banyak orang2 taking advantage yg udah agak keblinger, mereka pura2 pake baju tukang sapu utk turun ke jalan minta2 jadi pengemis, ini menurut ku merusak citra para tukan sapu yg asli yg pastinya mereka masih punya harga diri untuk ndak minta2 ..

    dan banyak juga yg kita lihat, "type" ber gerobak, mereka berkilng dengan gerobak2 bak pemulung dengan "memboyong" seluluh keluarga mereka ... again minta2 kembali ... aku sih cuman pikir gak manusiawi dengan membawa anak bayi hanya untuk "menjual" belas kasihan ... walau mungkin memang ada yg benar2 tuls,.,.

    anyway, sorry for being sceptic ...

    ReplyDelete
  10. kadang ragu untuk memberi mungkin karena 'GAK BIASA'.. dan hal yang 'TIDAK BIASA'.. malu juga..(berbuat kebaikan aja mesti malu.. parah bener deh saya..)

    ReplyDelete
  11. semestinya berbuat baik itu tidak usah ditimbang2...apakah nanti begini atau begitu.....apalagi malu. Karena yang kita inginkan adalah ridhoNya. Berniat berbuat baik saja sudah mendapat pahala apalagi jika mengerjakannya (walaupun ternyata kita salah 'sasaran'...toh tetap saja mereka lebih kekurangan...buktinya masih meminta2). Ini juga masih susah buatku yang apa2 ditimbang2 dulu...dipikir2 dulu hehehe

    ReplyDelete
  12. Hmm, sudah coba menyalurkan lewat lembaga2 zakat dsb? Lebih praktis, lebih pasti, juga lebih aman. Pun pemyalurannya relatif bisa lebih adil dan merata; tidak hanya menumpuk di satu keluarga pendorong gerobak di Jakarta saja.

    Yaa, siapa tahu di pelosok sebelah sana ada anak SD yg terancam dipecat dari sekolahnya karena tidak sanggup bayar uang sekolah. Atau ada petani yang tercekik hutang rentenir. Dan berapa besarnya kemungkinan mereka tak akan terlihat oleh mata kasihan kita?

    Just my two cents.
    The choice is still yours.

    ReplyDelete
  13. ..hmm..kemiskinan memang musuh yang abadi..

    ReplyDelete
  14. kenyataan hidup tak seindah yg kita kira (aaalaaahhh....plak!!) .... dmn tanggung jwb PEMERINTAH sesuai dg AMANAT UUD 45 ... ??? (plak...lagi!!)

    ReplyDelete
  15. semua kita sedang dicoba, dan hasil ujian tidak diumumkan di dunia. bagaimana dengan ujian yang sekarang ada pada kita? sudahkah tersikapi dengan baik...masing-masing kita punya porsi ujian yang berbeda. jangan lupa berdo`a, buat kita, buat mereka
    hallo...badai syah, aku menyapamu...

    ReplyDelete
  16. halo lulu el-maknun, aku membalas sapamu

    ^_^

    ReplyDelete