Sungai di belakang rumah sudah jadi bagian dari kehidupan kami sejak kali pertama petak itu dipatok. Atau tepatnya rumah kamilah yang menjadi sebahagiaan kecil dari kehidupan sungai itu sendiri.
Sungai di belakang rumah adalah arena bermain kami semasa kecil. Saya bersama kakak dan adik kerap mandi-mandi di sana, menyelami air yang jernih dan segar, menyesapi aroma bebungaan liar dari gerumbulan semak di tepian, mengejar capung dan kupu di bawah langit biru hingga terengah-engah, dimana udara bersih yang kami hirup terasa sejuk hingga ke rongga hidung.
Sungai di belakang rumah memberi kami pelajaran alam yang menarik. Saya sempat mempunyai akuarium sendiri dari toples selai, atau kaleng kue kalau terpaksa. Para penghuni akuarium saya dapatkan dari sungai: ikan gendut, julung-julung, mujair, nila, gabus, gupi dengan ekor metaliknya yang berwarna-warni, atau sekedar siput dan udang-udang kecil. Kalau sudah bosan saya kembalikan mereka ke sungai, dan mencari pengganti yang baru, meskipun jenisnya itu-itu juga.
Sungai di belakang rumah menjadi pembelajaran dalam mencari makan. Usai bermain biasanya kami selalu membawa hasil panen sendiri berupa kerang-kerangan air tawar seperti kijing dan remis. Biasanya ibu akan membuatkan sup kerang dengan bumbu serai dan kunyit yang menambah aroma. Daging kerangnya begitu lezat dan manis, dengan kuah kaldu panas nan sedap. Apalagi dinikmati ketika malam menjelang, ketika jangkrik dan tonggeret mulai bernyanyi dari rumpun bambu, ditingkahi bunyi kodok dan gemercik aliran sungai. Kunang-kunang terbang berkelap-kelip bagai peri-peri mungil yang melenggang-lenggok centil.
Sungai di belakang rumah juga menyimpan kehidupan alam lain. Suatu ketika nenek menginap di rumah kami, dan tengah malam beliau terbangun oleh bunyi senandung dari arah sungai. Nenek pun beranjak mengintip dari balik jendela, dan di sana, di aliran sungai nan pucat tersiram cahaya purnama, tampak sesosok wanita tua berjalan di atas air menyusuri hulu sambil terkekeh-kekeh. Apa yang semula dikira senandung adalah tawanya yang berderai-derai ditingkahi bunyi kecipak air.
Sungai di belakang rumah bagai saksi kehidupan kami dari kecil hingga dewasa. Ia menjadi saksi ketika kami bertelanjang bulat mencumbu riak-riaknya. Ia menjadi saksi ketika kami bertumbuh besar dan semakin jarang mengajaknya bermain. Ia menjadi saksi betapa kami kini bahkan tak mengingatnya lagi, atau sekedar menyadari keberadaannya.
Sungai di belakang rumah masih ada, tapi bukan sungai yang dulu lagi. Ia sudah berubah sejak para pendatang itu bermunculan, dengan pemukiman dan lahan industri baru, dengan banyak sampah dan limbah yang dibuang ke alirannya.
Sungai di belakang rumah masih mengalir, tapi sudah tidak hidup lagi.
Sungai di belakang rumah cuma sekedar kenangan indah. Kini.
Argghhh.. aku juga jadiinget sungai sebelah rumahku di kampung... dulu aku paling suka memancing disana.. dapet juga ikan.. tapi kecil2.. mandi di sungai.. seru juga... kalau pas musim kemarau airnya tidak mengalir... maka dipakai untuk arena bermain bareng temen2 seusia itu.. saat itu aku berumur 5-10 dalam menikmati sungai itu...
ReplyDelete..
sampai2 karena memancing... kakiku pernah kemasukan kail pancingan dan masuk ke dalam gak mau dicabut.. dan aku nagis sekeras-kerasnya.. langsung dibawa ke rumah sakit.. di cabut oleh dokter.. dan sampai sekarang masih ada bekasnya...
Arghhh (lagi...).. sekarang.. sunagi itu sudah tak seperti dulu.. tertutup oleh bangunan rumah.. dan airnya sudah terk sebersih dulu....
... 20 tahun yang lalu...
Enaknya yg punya rumah deket sungai..waktu kecil dulu, gue meski mengayuh bmx merah puluhan kilometer hanya buat mencari sungai dan berenang diatasnya..
ReplyDeleteJadi inget masa kecil...dan jadi sadar gue gak kecil lagi ternyata :))
berenang di atas sungai..??
ReplyDeletegak basah yak.. aku dulu paling suka berenang di sungai.. karena saat itu berenang di kolam itu hanya seminggu sekali, tapi ada serunya jg berenang di sungai.. bisa telanjang tentunya..
:P
sungai ? kalo gw mandi di kali ...
ReplyDeletewkwkwkwkwk
even itu kali warnanya coklat ...tidak jernih
tapi karena rame2
asik2 aja ...
nah.... itu kan sungai tangerang...?? xixixixixi..
ReplyDeletetapi ya seru2 aja sih... aku terakhir mungkin sekitar kelas 5 SD mandi di kali.. soalnya kelas 6 SD aku dah gedhe... malu..!
Toto baru sadar..?? *gak precaya*
ReplyDeletetuh kan Diah udah tahu kalo Toto masih kecil.. jangan nakal ya Nak...
ReplyDelete:p
sungai di belakang rumah (oops maap) di depan rumah (jadi kalo mau ke sungai tersebut.. musti nyebrang jalan dulu.. trus lewat beberapa rumah.. trus ada sungai.
ReplyDeleteDimana gw kalo dulu kalo nemenin tetangga mau "ngarit" rumput buat dombanya harus melewatinya (pake satu batang pohon kelapa), trus kakak kedua gw pernah dijahit di kepalanya gara2 jatuh di sungai tersebut.. gara2 liat ikan (coz pas gw bayi katanya BERSIH bnaget).... Apa kabarnya ya?!?!?!?!?
mmm emang toto seberapa kecil seh???
ReplyDeletepenasaran.com
...satu lagi memori indah... gw paling suka mencium aroma rumput yang baru disabit buat pakan ternak...aroma rumput yang menguar di udara itu ekstasi banget buat gw...
ReplyDelete:)
aroma udara yg gimana sih..??
ReplyDeletedulu di aea persawan belakang rumahku jg banyak sekali rumput.. tetapi sampai sekarang aku gak tahu aroma rumput yg Badai maksudkan..??
..?
rumputnya dipotong dulu dong... baru kecium aromanya... waah... gak uasah jauh2 kalee.. kalo rumput di rumah trus dipotong juga, kalo banyakmah bisa kecium kok aromanya.. simple, apalagi kalo bekas hujan.. pasti lebih seger....
ReplyDeleterumput tetangga pasti lebih hijau...
ReplyDeletejadi motong rumput tetangga aja...!!
!!!!
hmmmm jadi inget masa kecil dulu, deket rumah ada sungai kecil dekat lapangan bola, klo abis main bola kan sering kotor kira pada nyemplung di kali itu ,ehhh malah pada berenangg, tapi skr kalinya dah berlumpur trusss kotor,
ReplyDeleteduh jadi inget lagi dehh
kesimpulan: masa kecil kita pasti ada adegan mandi di kali
ReplyDeletepertanyaan: bagaimana halnya dengan generasi selanjutnya? maksudnya, anak2 jaman sekarang kalo mandi di kali juga? kasian ya.... semua sudah terpolusi.. :(
ehm.. bener juga..
ReplyDeleteaku justru pengen lagi mandi kali..
dimana ya..???
A tragedy.
ReplyDeleteBut you through
a river conservation project
still have the chance to help her
before it's too late.
You start to do something and
never stop before your river
got the proper attentions!.
(The old lady who walked on the water
was a spirit who herself happy with your river).
hmmm, harus ada foto kamu nya yah ?!? [kan lagi ngomongin sungai gitu loehh] n tetep pose' andalan dari samping ... xixixi
ReplyDeletesebenernya mau pake foto perempuan tua penunggu sungai, tapi kan itu misi yang menyeramkan... bagusnya pake foto sendiri aja deh, secara lebih ada unsur entertain dan menyegarkan mata para pembaca
ReplyDelete^_^
Sungai di belakang rumah masih mengalir, tapi sudah tidak hidup lagi.
ReplyDeleteSungai di belakang rumah cuma sekedar kenangan indah. Kini.
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
aah..
jahatnya makhuk mematikan 'kehidupan' sungai
gue pernah baca ttg seoarang warga begitu konsen, begitu memelihara sungai pasanggrahan dan dia tergerak untuk membersihkan sampah menaman pohon di sungai tersebut.. haji udin kalo ga salah namanya (http://sosok.wordpress.com/2006/12/13/pelindung-bantaran-sungai-pesanggrahan/)
iya, gw udah liat liputannya di tipi, salut gw sama beliauw!
ReplyDelete*tepok tangan*
ajak2 ke sungai belakang rumah kakak dungss.. ** arep
ReplyDeleteayooooooooooo, kamu nanti pake kemben ya, skalian kita memandikan kerbau, wkkkkkkk
ReplyDelete